Kamis, 02 Januari 2020


Menyiapkan Guru Profesional                     Menghadapi Revolusi Industri 4.0

           

 ARIS SUDARMONO, M.Pd.; Guru SMAN 1 Plaosan                                                    Kabupaten Magetan 



Memasuki revolusi industri 4.0 dunia pendidikan saat ini menghadapi tantangan yang tak ringan. Pada era revolusi industri 4.0 proses produksi dalam industri yang terjadi di seluruh dunia dengan mengombinasikan tiga unsur penting, yakni manusia, mesin/robot, dan big data. Kombinasi tiga unsur ini, akan menggerakkan seluruh produksi menjadi lebih efektif serta lebih cepat dan masif. Banyak bidang pekerjaan yang selama ini diisi tenaga manusia hilang digantikan dengan teknologi, mesin, robot, atau kecerdasan buatan. Menghadapi tantangan yang besar ini, maka lembaga pendidikan menengah sebagai lembaga penyiapan sumber daya manusia (SDM) harus dituntut untuk berubah.

Dalam rangka menghasilkan generasi hebat sebagai modal sebagai antisipasi revolusi industri 4.0 inilah, maka menjadi sangat wajar kalau kemudian dunia pendidikan menerapkan pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran yang bercirikan learning skill, skill, dan literasi. Learning skill yaitu kegiatan pembelajaran yang di dalamnya ditandai dengan adanya kerja sama, komunikasi, serta berpikir kritis dan kreatif.

Pembelajaran abad 21 juga bisa dikatakan sebagai sarana mempersiapkan generasi abad 21. Di mana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berkembang begitu pesat memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pada proses belajar-mengajar. Dengan begitu, peserta didik memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik.

Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran di mana kurikulum yang dikembangkan menuntut sekolah mengubah pendekatan pembelajaran. Yakni yang berpusat pada pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peseta didik (student centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan, peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar.

Pada era revolusi Industri 4.0 peran guru dalam dunia pendidikan tak tergantikan. Namun diperlukan guru profesional yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang cepat. Meskipun teknologi informasi berkembang demikian cepat dan sumber-sumber belajar begitu mudah diperoleh, peran guru secara utuh sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, "orang tua" di sekolah tidak akan bisa digantikan sepenuhnya dengan kecanggihan teknologi. Karena sentuhan seorang guru kepada para peserta didik memiliki kekhasan yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang atau digantikan teknologi.

Meskipun profesi guru tidak mendapatkan pengaruh secara signifikan dengan adanya revolusi industri 4.0, namun guru tidak boleh terlena dengan kondisi yang ada, guru harus terus meng-upgrade diri agar bisa menjadi guru yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

Untuk menyiapkan para guru menghadapi perkembangan zaman yang pesat, setidaknya ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pada era revolusi industri 4.0 ini. 4 Kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mampu Melakukan Penilaian Secara Komprehensif

Penilaian tidak hanya bertumpu pada aspek kognitif atau pengetahuan saja. Namun penilaian yang dilakukan oleh guru di era sekarang harus mampu mengakomodasi keunikan dan keunggulan para peserta didik, sehingga para peserta didik sudah mengetahui segala potensi dirinya sejak di bangku sekolah.

Guru masa kini harus mampu merancang instrumen penilaian yang menggali semua aspek yang menyangkut siswa, baik pengetahuan, keterampilan dan karakter. Semua aspek tersebut harus tergali, terasah dan terevaluasi selama proses pembelajaran di kelas.

Selain perancangan instrumen penilaian, guru masa kini pun harus mampu membuat laporan penilaian yang menggambarkan keunikan dan keunggulan setiap siswa. Laporan penilaian ini akan sangat bermanfaat bagi peserta didik dan orang tuanya sebagai bagian dari feed back untuk terus meningkatkan hasil capaian pendidikannya.

2. Memiliki Kompetensi Abad 21

Untuk mewujudkan siswa yang memiliki keterampilan abad 21 maka gurunya pun harus memahami dan memiliki kompetensi tersebut. Ada 3 aspek penting dalam kompetensi abad 21 ini, yaitu:

Karakter, karakter yang dimaksud dalam kompetensi abad 21 terdiri dari karakter yang bersifat akhlak (jujur, amanah, sopan santun dll) dan karakter kinerja (kerja keras, tanggung jawab, disiplin, gigih dll).

Dalam jiwa dan keseharian soerang guru masa kini sangat penting tertanam karakter akhlak, dengan karakter akhlak ini lah seorang guru akan menjadi role model bagi semua peserta didiknya. Pembelajaran dengan keteladan dari seorang guru akan lebih bermakna untuk para peserta didik.

Selain karakter akhlak, guru masa kini pun harus memiliki karakter kinerja yang akan menunjang setiap aktivitas dan kegiatan yang dilakukannya, baik ketika pembelajaran di kelas maupun aktivitas lainnya.

Keterampilan, keterampilan yang perlu dimiliki oleh guru masa kini untuk menghadapi peserta didik abad 21 antara lain kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif.

Keterampilan-keterampilan tersebut penting dimiliki oleh guru masa kini, agar proses pendidikan yang berlangsung mampu menghantarkan dan mendorong para peserta didik untuk menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan perubahan zaman.

Literasi, kompetensi abad 21 mengharuskan guru melek dalam berbagai bidang. Setidaknya mampu menguasai literasi dasar seperti literasi finansial, literasi digital, literasi sains, literasi kewarnegaraan dan kebudayaan.

Kemampuan literasi dasar ini menjadi modal bagi para guru masa kini untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih variatif, tidak monoton hanya bertumpu pada satu metode pembelajaran yang bisa saja membuat para peserta didik tidak berkembang.

3. Mampu Menyajikan Modul Sesuai Passion Siswa

Di era perkembangan teknologi yang semakin berkembang, modul yang digunakan dalam pembelajaran tidak selalu menggunakan modul konvensional seperti modul berbasis paper. Guru masa kini harus mampu menyajikan materi pelajaran dalam bentuk modul yang bisa diakses secara online oleh para peserta didik. Sudah banyak fitur yang bisa dijadikan oleh guru sebagai sarana untuk mengembangkan modul berbasis online.

Namun demikian ketersediaan fitur untuk modul online ini harus dibarengi dengan kemampuan guru dalam mengemas fitur-fitur tersebut. Kombinasi antara pembelajaran tatap muka di kelas (konvensional) dan pembelajaran online ini dikenal dengan istilah blended learning.

4. Mampu Melakukan Autentic Learning yang Inovatif. 

Sekolah bukan tempat isolasi para peserta didik dari dunia luar, justru sekolah adalah jendela untuk membuka dunia sehingga para siswa mengenali dunia. Untuk menjadikan sekolah sebagai jendela dunia bagi para peserta didik, guru harus memiliki kompetensi penyajian pembelajaran yang inovatif.

Pembelajaran yang disajikan harus mengarah pada pembelajaran yang joyfull and inovatif learning, yakni pembelajaran yang memadukan hands on and mind on, problem based leraning dan project based learning.

Dengan pengemasan pembelajaran yang joyfull and inovatif learning akan menjadikan peserta didik lebih terlatih dan terasah dalam semua kemampuannya, sehingga diharapkan lebih siap dalam menghadapi perkembangan zaman.

Apabila guru memiliki 4 kompetensi tersebut dan telah merapkan pembelajaran abad 21, diharapkan menghasilkan lulusan dari generasi produktif yang memiliki kualitas dan skill hebat. Guna menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. (*)



Daftar Pustaka:


https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/28/17550091/di-era-revolusi-industri-40-peran-guru-tak-tergantikan-tapi?page=all.

Kamis, 10 Desember 2015

REMIDI FISIKA X.1

SOAL REMIDI KELAS X.1

1.     Ali berlari ke arah timur sejauh 30 m selama 2 sekon kemudian berbelok ke utara sejauh 40 m selama 3 sekon. Berdasarkan data tersebut tentukan :
a. jarak yang ditempuh Ali
b. perpindahan yang dialami Ali
c. kelajuan Ali
d. kecepatan Ali

2.     Sebuah benda bergerak dengan kecepatan awal 20 m/s kemudian dipercepat sehingga dalam waktu 5 sekon kecepatannya menjadi 45 m/s.
Tentukan :
a. percepatan gerak benda itu
b. jarak yang ditempuh benda itu setelah 10 sekon

3.     Perhatikan gambar susunan balok berikut!
Text Box: m2
 


Text Box: m1                      T                                       F
 



jika m1 = 3 kg dan m2 = 5 kg dan F = 160 N serta gesekan dengan lantai diabaikan. Tentukan tegangan tali T!

4.     Tiga buah roda dihubungkan seperti tampak pada gambar.

Jika RA = 4 cm, RB = 2 cm dan RC = 10 cm, tentukan kecepatan sudut roda A dan B apabila kecepatan linier roda C = 40 m/s.

Senin, 07 September 2015


ULANGAN HARIAN  PAKET A


 Mata Pelajaran          :  Fisika

                    Kelas / Semester        :  XII Ilmu Alam/ 1

    W a k t u                     :  80 menit


Þ      Jawablah soal di bawah ini dengan singkat dan tepat!
1.      Pada percobaan Melde digunakan kawat sepanjang 2 meter yang massanya 100 gram dan beban seberat 80 N. Jika penggetar dipasang pada frekuensi 50 Hz
Tentukan :  a.   kecepatan rambat gelombang stasioner
b.      panjang gelombang stasioner
2.      Sebuah tabung yang panjangnya 68 cm akan digunakan sebagai pipa organa. Jika kecepatan rambat bunyi di udara 340 m/s tentukan besar frekuensi nada-nada yang dihasilkan (fo, fI, dan fII ) apabila tabung itu merupakan :
  1. pipa organa terbuka
  2. pipa organa tertutup
3.      Bunyi ledakan bom berkekuatan 1256 Watt didengarkan oleh seorang pengamat dari tempat yang berjarak 1 km,  jika intensitas bunyi ambang 10-12 W/m2
Hitunglah : a. Intensitas bunyi ledakan bom yang didengar pengamat
            b. Taraf intensitas bunyi ledakan di tempat itu
4.      Sebuah motor Harley menghasilkan bunyi dengan taraf intensitas 80 dB bila didengar pada jarak 1 m. Berapakah taraf intensitas bunyi yang dihasilkan jika 100 motor sejenis yang sedang melakukan konvoi dan didengar pada jarak 10 m?
5.      Sebuah mobil polisi melaju degan kecepatan 40 m/s sambil membunyikan sirine 1200 Hz mengejar seorang pengendara motor yang berkecepatan 35 m/s. Jika kecepatan rambat bunyi di udara 340 m/s , hitung frekuensi bunyi sirine yang didengar oleh pengendara motor!










  ULANGAN HARIAN  PAKET B

        
        Mata Pelajaran          :  Fisika

                           Kelas / Semester        :  XII Ilmu Alam/ 1

             W a k t u                     :  80 menit


Þ      Jawablah soal di bawah ini dengan singkat dan tepat!
1.      Pada percobaan Melde digunakan kawat sepanjang 2 meter yang massanya 100 gram dan beban seberat 45 N. Jika penggetar dipasang pada frekuensi 60 Hz
Tentukan :  a.   kecepatan rambat gelombang stasioner
 b.  panjang gelombang stasioner
2.      Sebuah tabung yang panjangnya 102 cm akan digunakan sebagai pipa organa. Jika kecepatan rambat bunyi di udara 340 m/s tentukan besar frekuensi nada-nada yang dihasilkan (fo, fI, dan fII ) apabila tabung itu merupakan :
  1. pipa organa terbuka
  2. pipa organa tertutup
3.      Bunyi ledakan bom berkekuatan 1256 Watt didengarkan oleh seorang pengamat dari tempat yang berjarak 100 m,  jika intensitas bunyi ambang 10-12 W/m2
Hitunglah : a. Intensitas bunyi ledakan bom yang didengar pengamat
            b. Taraf intensitas bunyi ledakan di tempat itu
4.      Sebuah pesawat tempur menghasilkan bunyi dengan taraf intensitas 90 dB bila didengar pada jarak 10 m. Berapakah taraf intensitas bunyi yang dihasilkan jika 100 pesawat sejenis yang sedang melakukan manuver dan didengar pada jarak 100 m?
5.      Sebuah mobil polisi melaju degan kecepatan 40 m/s sambil membunyikan sirine 1140 Hz di depan seorang pengendara motor yang berkecepatan 35 m/s. Jika kecepatan rambat bunyi di udara 340 m/s , hitung frekuensi bunyi sirine yang didengar oleh pengendara motor!


Rabu, 12 Agustus 2015

ABSTRAK PTK


Aris Sudarmono. 2010. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Teori Relativitas melalui Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match pada Siswa Kelas XII.IA.3 SMA Negeri 1 Karas
Kata kunci :  Pembelajaran Kooperatif, metode Make A Match, Hasil belajar,

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang berminatnya siswa kelas XII SMA Negeri 1 Karas, Magetan pada mata pelajaran fisika. Hal ini berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Nilai ulangan yang diperoleh siswa pada mata pelajaran fisika selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Untuk itu diperlukan penggunaan metode-metode pembelajaran yang lebih inovatif  sehingga kegiatan belajar lebih efektif dan menyenangkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendiskripsikan upaya peningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika materi pokok teori relativitas melalui pembelajaran kooperatif dengan metode make a match, (2) Mendiskripsikan upaya peningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika materi pokok teori relativitas melalui pembelajaran kooperatif dengan metode make a match.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Rancangan penelitian tindakan kelas ini mencoba mencari solusi permasalahan pembelajaran fisika dengan tindakan berupa implementasi pembelajaran kooperatif metode make a match (mencari pasangan) pada materi pokok teori relativitas yang diajarkan pada kelas XII semester genap Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus mencakup lima tahap kegiatan, yaitu : Permasalahan, Perencanaan Tindakan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Subjek penelitian adalah kelas XII.IA.3 SMA Negeri 1 Karas Tahun Pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 38 orang. Jenis data yang direkam berupa data minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika yang diajarkan dengan metode make a match serta hasil belajar yang berdasarkan nilai pre test, post test dan ulangan harian. Teknik analisa yang digunakan adalah deskriptif yang meliputi : 1) Deskripsi Data, 2) Pembahasan, dan 3) Penyimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata hanya 59,93, setelah akhir siklus I rata-rata 66,73, siklus II rata-rata 68,84, dan tes akhir rata-rata 73,71. Kenaikan tersebut merupakan suatu indikasi bahwa pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar diperoleh data bahwa pada tes awal sebelum dilakukan tindakan adalah 34,21%, pada siklus I adalah 57,89%, pada siklus II adalah 81,58%, dan tes akhir adalah 92,11%.

Selain itu, dengan penerapan pembelajaran kooperatif metode make a match proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan serta dapat memupuk kerja sama siswa, membangkitkan keingintahuan siswa sehingga siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran.

IMG0083A
Siswa berusaha mencari pasangan kartu soal dan jawaban
saat belajar fisika dengan metode make a match



edit2
Siswa terlihat begitu antusias belajar dalam kelompoknya
saat mengikuti pembelajaran fisika dengan metode make a match
vi
 

Selasa, 25 Maret 2014